(Sleman — MTsN 5 Sleman) Siswa MTsN 5 Sleman mengadakan kegiatan bertajuk Ekoteologi, sebuah gerakan nyata yang menegaskan bahwa merawat lingkungan bukan sekadar aktivitas kebersihan, melainkan bagian dari tanggung jawab moral dan nilai teologis yang harus dihidupi bersama. Kegiatan ini berpijak pada teologi madrasah yang memandang lingkungan sebagai amanah yang wajib dijaga, dirawat, dan dilestarikan.

Melalui kegiatan ekoteologi ini, seluruh ekosistem madrasah menjadi objek perawatan bersama. Siswa melakukan bersih-bersih menyeluruh, mulai dari halaman dan taman madrasah, ruang kelas, ruang laboratorium, kamar mandi siswa, hingga masjid. Tidak hanya itu, coretan-coretan pada dinding dibersihkan, dihapus, bahkan dicat kembali agar lingkungan madrasah kembali tertata, bersih, dan nyaman seperti semula.

Kegiatan ini penting dilakukan karena lingkungan belajar memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas pendidikan. Lingkungan yang bersih dan terawat bukan hanya mendukung kesehatan fisik, tetapi juga menciptakan suasana psikologis yang kondusif untuk belajar. Dengan terlibat langsung dalam perawatan lingkungan, siswa belajar bahwa ruang pendidikan bukanlah fasilitas yang “selalu siap pakai”, melainkan ruang hidup bersama yang menuntut kepedulian dan tanggung jawab kolektif.

Lebih dari itu, kegiatan ekoteologi mengajarkan kepada siswa bahwa ekosistem pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Menjaga lingkungan madrasah berarti menjaga keberlangsungan proses belajar itu sendiri. Nilai ini penting ditanamkan sejak dini agar siswa memiliki kesadaran ekologis, rasa memiliki, serta sikap tidak abai terhadap kerusakan lingkungan, baik di sekolah maupun di masyarakat luas.

Yang menarik, kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh siswa-siswi, tetapi juga melibatkan seluruh guru dan karyawan MTsN 5 Sleman. Keterlibatan semua unsur madrasah ini memperkuat pesan bahwa pendidikan nilai tidak cukup diajarkan melalui teori, melainkan harus diteladankan melalui tindakan nyata. Ketika guru dan karyawan turun langsung merawat lingkungan bersama siswa, maka relasi pendidikan menjadi lebih setara, kolaboratif, dan bermakna.

Secara argumentatif, pelibatan seluruh warga madrasah menegaskan bahwa tanggung jawab ekologis tidak mengenal hierarki. Setiap individu, apa pun perannya, memiliki kewajiban yang sama dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Inilah pembelajaran hidup yang tidak akan mudah dilupakan siswa: bahwa merawat bumi dimulai dari ruang terdekat, yaitu madrasah.

Dengan demikian, kegiatan Ekoteologi di MTsN 5 Sleman bukan sekadar agenda kebersihan, melainkan strategi pendidikan karakter dan kesadaran lingkungan yang berkelanjutan. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa madrasah dapat berperan aktif membentuk generasi yang beriman, berilmu, dan bertanggung jawab terhadap alam sebagai bagian dari amanah kehidupan. (Hum-M5)